f. BatteraiBaterai adalah
perangkat yang terdiri dari satu atau lebih sel elektrokimia dengan
koneksi eksternal yang disediakan untuk memberi daya pada perangkat
listrik seperti senter, ponsel, dan mobil listrik. Ketika baterai
memasok daya listrik, terminal positifnya adalah katode dan terminal
negatifnya adalah anoda. Terminal bertanda negatif adalah sumber
elektron yang akan mengalir melalui rangkaian listrik eksternal ke
terminal positif. Ketika baterai dihubungkan ke beban listrik eksternal,
reaksi redoks mengubah reaktan berenergi tinggi ke produk berenergi
lebih rendah, dan perbedaan energi-bebas dikirim ke sirkuit eksternal
sebagai energi listrik. Secara historis istilah "baterai" secara khusus
mengacu pada perangkat yang terdiri dari beberapa sel, namun
penggunaannya telah berkembang untuk memasukkan perangkat yang terdiri
dari satu sel.
Baterai primer (sekali
pakai) digunakan satu kali kemudian dibuang; bahan elektrode berubah
secara ireversibel selama pelepasan. Contoh umum adalah baterai
alkaline yang digunakan untuk senter dan banyak perangkat elektronik
portabel. Baterai sekunder (dapat diisi ulang) dapat habis dan diisi
ulang beberapa kali menggunakan arus listrik yang diterapkan; komposisi
asli dari elektrode dapat dikembalikan dengan arus balik. Contohnya
termasuk baterai asam timbal yang digunakan dalam kendaraan dan
baterai ion-litium yang digunakan untuk elektronik portabel
seperti laptop dan ponsel.
Kutub
yang bertanda positif menandakan bahwa memiliki energi potensial yang
lebih tinggi daripada kutub bertanda negatif. Kutub bertanda negatif
adalah sumber elektron yang ketika disambungkan dengan rangkaian
eksternal akan mengalir dan memberikan energi ke peralatan eksternal.
Ketika baterai dihubungkan dengan rangkaian eksternal, elektrolit dapat
berpindah sebagai ion didalamnya, sehingga terjadi reaksi kimia pada
kedua kutubnya. Perpindahan ion dalam baterai akan mengalirkan arus
listrik keluar dari baterai sehingga menghasilkan kerja. Meski sebutan baterai secara teknis adalah alat dengan beberapa sel, sel tunggal juga umumnya disebut baterai.
Baterai
hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari sel miniatur yang
digunakan untuk alat bantu dengar dan arloji hingga kecil, sel tipis
yang digunakan dalam ponsel cerdas, hingga baterai asam timbal besar
atau baterai litium-ion dalam kendaraan, dan pada ukuran paling besar,
bank baterai besar seukuran ruangan yang menyediakan daya siaga atau
darurat untuk pertukaran telepon dan pusat data komputer.
Prinsip operasi
Baterai
mengubah energi kimia langsung menjadi energi listrik. Baterai terdiri
dari sejumlah sel volta. Tiap sel terdiri dari 2 sel setengah yang
terhubung seri melalui elektrolit konduktif yang berisi anion dan
kation. Satu sel setengah termasuk elektrolit dan elektrode negatif,
elektrode yang di mana anion berpindah; sel-setengah lainnya termasuk
elektrolit dan elektrode positif di mana kation berpindah.
Reaksi redoks akan mengisi ulang baterai. Kation akan tereduksi
(elektron akan bertambah) di katode ketika pengisian, sedangkan anion
akan teroksidasi (elektron hilang) di anode ketika pengisian. Ketika
digunakan, proses ini dibalik. Elektrodanya tidak bersentuhan satu sama
lain, tetapi terhubung via elektrolit. Beberapa sel menggunakan
elektrolit yang berbeda untuk tiap sel setengah. Sebuah separator dapat
membuat ion mengalir di antara sel-setengah dan bisa menghindari
pencampuran elektrolit.
Tiap
sel setengah memiliki gaya gerak listrik (GGL), ditentukan dari
kemampuannya untuk menggerakan arus listrik dari dalam ke luar sel. GGL
bersih sebuah sel adalah perbedaan GGL masing-masing sel setengah. Maka,
jika elektrode memiliki GGL dan , maka GGL bersihnya adalah . Dengan kata lain, GGL bersih adalah perbedaan antara potensial reduksi reaksi setengah.
Perbedaan potensial pada
kutub baterai dikenal dengan (perbedaan) tegangan kutub dan diukur
dalam volt. Tegangan kutub sebuah sel yang tidak sedang diisi ulang atau
dipakai disebut tegangan rangkaian terbuka dan sama dengan GGL sel.
Karena adanya resistensi dalam,tegangan kutub pada sel yang dipakai
lebih kecil daripada tegangan rangkaian terbuka dan ketika sel diisi
ulang, akan lebih besar daripada tegangan rangkaian terbuka.
Sebuah
sel ideal memiliki resistensi dalam yang dapat diabaikan, maka sel
tersebut akan menjaga tegangan terminal konstan sebesar sampai
habis, kemudian turun menjadi nol. Jika sel menjaga 1,5 volt dan
menyimpan muatan satu coulomb maka pada pelepasan total akan
menghasilkan 1,5 joule kerja. Pada sel sebenarnya, resistensi dalam akan
meningkat ketika melepas muatan (discharge) dan tegangan
rangkaian terbuka juga menurun ketika melepas muatan. Jika tegangan dan
hambatan diplot terhadap waktu, maka grafiknya biasanya berbentuk kurva.
Tegangan
yang muncul melewati kutub sel tergantung dari energi yang dilepas dari
reaksi kimia pada elektrode dan elektrolit. Sel baterai
alkalin dan baterai seng karbon memiliki sifat kimia yang berbeda,
tetapi menghasilkan GGL yang sama berkisar 1,5 volt. Begitu juga
sel NiCd dan NiMH memiliki sifat kimia yang berbeda namun menghasilkan
GGL sama sekitar 1,2 volt.
Besar
energi yang dapat disimpan baterai dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
tegangan baterai yang bersatuan volt dan kapasitas baterai yang
bersatuan Ah. Energi yang disimpan (Wh) = Tegangan baterai (V) x
Kapasitas baterai (Ah).
Tegangan
baterai sendiri secara teoretik hanya dipengaruhi oleh tipe
materialnya. Misal, pada baterai zink klorida, tidak peduli berapapun
ukuran baterai, tegangannya ialah 2,12 V. Lalu, kapasitas baterai
dipengaruhi oleh ukuran baterai, atau lebih akurat adalah massa material
aktif/elektrode yang ada di baterai tersebut.
Namun
begitu, secara praktikal besar energi spesifik (energi/gram) yang dapat
disimpan jauh lebih rendah daripada teoretik. Hal ini disebabkan
terdapat komponen-komponen dalam baterai yang menambah berat baterai
yaitu elektrolit, separator, current collector, kontainer, terminal,
seal, dll.
Lalu,
terdapat faktor seperti penurunan tegangan yang terjadi karena tiga
hal. Yang pertama adalah terdapat hambatan dalam baterai yang disebabkan
oleh hambatan ionik dari elektrolit dan juga hambatan elektronik dari
komponen aktif baterai. Yang kedua adalah adanya polarisasi aktivasi,
yaitu polarisasi yang terjadi karena reaksi elektrokimia pada permukaan
elektrode. Yang ketiga adalah polarisasi konsentrasi, yaitu polarisasi
yang terjadi karena perbedaan konsentrasi reaktan dengan produk pada
elektrode yang disebabkan oleh transfer muatan.
Hingga
saat ini, baterai sekunder atau isi ulang yang paling umum digunakan di
handphone, laptop, maupun mobil listrik ialah baterai litium ion dengan
elektrolit cair berupa LiPF6. Elektrolit tersebut sebenarnya memiliki
tingkat keamanan yang relatif rendah dibanding karena sifatnya yang
mudah bereaksi dengan udara dan terbakar.
Oleh
karena itu, saat ini sedang dikembangkan elektrolit padat yang memiliki
tingkat keamanan lebih tinggi. Sayangnya, konduktivitas ionik
elektrolit padat masih secara umum di bawah elektrolit cair. Dengan
begitu, hambatan dalam yang akan dimiliki oleh baterai dengan elektrolit
padat secara umum lebih besar dan penurunan tegangan yang akan terjadi
juga semakin besar.
g. Motor DC
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion).
Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti
namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus
searah atau DC (Direct Current)
untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan
pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber
listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor Listrik DC.
Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute)
dan dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum
jam apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut
dibalikan. Motor Listrik DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan
bentuk. Kebanyakan Motor Listrik DC memberikan kecepatan rotasi sekitar
3000 rpm hingga 8000 rpm dengan tegangan operasional dari 1,5V hingga
24V. Apabile tegangan yang diberikan ke Motor Listrik DC lebih rendah
dari tegangan operasionalnya maka akan dapat memperlambat rotasi motor
DC tersebut sedangkan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan
operasional akan membuat rotasi motor DC menjadi lebih cepat. Namun
ketika tegangan yang diberikan ke Motor DC tersebut turun menjadi
dibawah 50% dari tegangan operasional yang ditentukan maka Motor DC
tersebut tidak dapat berputar atau terhenti. Sebaliknya, jika tegangan
yang diberikan ke Motor DC tersebut lebih tinggi sekitar 30% dari
tegangan operasional yang ditentukan, maka motor DC tersebut akan
menjadi sangat panas dan akhirnya akan menjadi rusak.
Pada
saat Motor listrik DC berputar tanpa beban, hanya sedikit arus listrik
atau daya yang digunakannya, namun pada saat diberikan beban, jumlah
arus yang digunakan akan meningkat hingga ratusan persen bahkan hingga
1000% atau lebih (tergantung jenis beban yang diberikan). Oleh karena
itu, produsen Motor DC biasanya akan mencantumkan Stall Current pada Motor DC. Stall Current adalah arus pada saat poros motor berhenti karena mengalami beban maksimal.
Bentuk dan Simbol Motor DC
Prinsip Kerja Motor DC
Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah
bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar.
Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting
yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), Armature Winding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator) dan Brushes (kuas/sikat arang).
Pada
prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk
bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan
yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub
selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke
utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub
selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub
utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan
pergerakan kumparan berhenti.
Untuk
menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan
kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub
utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya
akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut
terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan
magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara
magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga
kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan
selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada
saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan
berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan
berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.
h. LED
Light
Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung
pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat
memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang
sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control
perangkat elektronik lainnya.
Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)
LED
merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara
kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu
kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan
cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke
Katoda.
LED
terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga
menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam
semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity)
pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik
kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias
forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron
pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole
(lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat
Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan
cahaya monokromatik (satu warna).
i. Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen
elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara.
Buzzer ini biasa dipakai pada sistem alarm. Juga bisa digunakan sebagai
indikasi suara. Buzzer adalah komponen elektronika yang tergolong
tranduser. Sederhananya buzzer mempunyai 2 buah kaki yaitu positive dan
negative. Untuk menggunakannya secara sederhana kita bisa memberi
tegangan positive dan negative 3 - 12V.
Cara Kerja Buzzer pada saat aliran listrik atau tegangan listrik
yang mengalir ke rangkaian yang menggunakan piezoeletric tersebut. Piezo
buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekwensi di
kisaran 1 - 6 kHz hingga 100 kHz. untuk menghasilkan suara atau bunyinya. Tegangan listrik yang diberikan
ke bahan Piezoelectric akan menyebabkan gerakan mekanis, gerakan
tersebut kemudian diubah menjadi suara atau bunyi yang dapat didengar
oleh telinga manusia dengan menggunakan diafragma dan resonator.
Ketika seseorang melalui
senser Infrared maka sensor Infrared akan berlogika satu maka arus dari VCC
mengalir menuju R1, R2, dan Relay, arus dari VCC mengalir menuju sensor
infrared dan keluaran sensor infrared lalu amenuju basis Q1, karena adanya arus
pada basis Q1 maka arus pada kolektor dan basis Q1 akan menuju emitor Q1 dan
menuju ground, karena adanya arus yang melalui relay maka relay akan ON, arus
yang mengalir pada baterai akan menuju motor dan buzzer , sehingga motor dan
buzzerpun menyala dan pintupun naik.
ketika seseorang telah
memasuki rumah dan mengenai sensor PIR maka sensor akan berlogika satu maka arus
dari VCC mengalir menuju R1, R2, Relay, dan D1. arus dari VCC mengalir menuju
sensor PIR dan keluaran sensor lalu amenuju basis Q2, karena adanya arus pada basis
Q2 maka arus pada kolektor Q2 yang berasal dari VCC menuju relay dan arus pada
basis Q2 akan menuju emitor Q2 dan menuju ground, karena adanya arus yang melalui
relay maka relay akan ON, arus yang mengalir pada baterai akan menuju LED ,
sehingga LED menyala.
Namun ketika logika
bernilai nol maka tidak ada arus VCC2 mengalir menuju sensor infrared dan
keluaran sensor infrared lalu menuju basis Q1 sehingga tidak bisa mengalirkan
arus dari kolektor dan relay tidak akan on sehingga motor, buzzer dan Led tidak
akan menyala.
3. Video Simulasi
[KEMBALI]
E. DOWNLOAD FILE
[KEMBALI]
1. Materi klik di sini
2. HTML klik di sini
3. Video klik di sini
4. Rangkaian Proteus klik di sini
5. Library sensor PIR klik di sini
6. Library Sensor Infrared klik di sini
6. Datasheet
a. Sensor PIR klik di sini
b. Resistor klik di sini
c. Sensor Infrared klik di sini
d. Transistor klik di sini
e. LED klik di sini
f. Motor klik di sini
g. Relai klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar